A. BALAGHAH
Definisinya yaitu bahwa Balaghah mendatangkan makna
yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan fasih, memberi bekas yang
berkesan di lubuk hati, dan sesuai dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang
diajak bicara.
Secara ilmiah, balaghah merupakan suatu disiplin ilmu
yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub (ungkapan). Kebiasaan
mengkaji balaghah merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan
menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam.
Unsur-unsur Balaghah adalah kalimat, makna dan susunan kalimat yang memberikan
kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan keindahan. Juga kejelian dalam memilih
kata-kata dan uslub sesuai dengan tempat bicaranya, waktu, tema, kondisi para
pendengar dan emosional yang dapat mempengaruhi dan menguasai mereka. Pada masa
yang lalu para sastrawan tidak menyenangi penggunaan kata ‘aidhan’. Mereka
menganggap kata tersebut monopoli para ilmuwan. Oleh karena itu, mereka tidak
mau menulisnya dalam syair maupun tulisan prosa mereka.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dengan serius oleh seorang
ahli balaghah adalah :
·
mempertimbangkan beberapa ide yang bergejolak dalam
jiwanya. Ide yang dikemukakan itu harus benar, berbobot dan menarik sehingga
memberi kesan sebagai hasil kreasi seseorang yang berwawasan utuh dan bertabiat
lembut dalam merangkai dan menyusun ide.
·
memilih kata-kata yang jelas, meyakinkan, dan sesuai.
Lalu menyusunnya dengan susunan yang indah dan menarik.
Jadi, balaghah itu tidak
terletak pada kata per kata, juga tidak pada makna saja, melainkan balaghah
adalah kesan yang timbul dari keutuhan paduan keduanya dan keserasian
susunannya.
B. ILMU BAYAN
1.
TASYBIH (Penyerupaan)
v Kaidah :
·
Tashbih Adalah penjelasan bahwa suatu hal atau
beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan hal yang lain. Penjelasan tersebut
menggunakan huruf ك atau sejenisnya baik tersurat maupun
tersirat.
·
Unsur Tasybih ada empat yaitu :
1)
musyabbah, Sesuatu yang hendak diserupakan.
2)
musyabbah bih, Sesuatu yang diserupai
(kedua unsur ini disebut sebagai
tharafait-tasybih/dua pihak yang diserupakan)
3)
adat tasybih, Huruf / kata yang menyatakan penyerupaan. Contoh : , ك , كأن
4)
wajah syibeh, Sifat yang terdapat pada kedua pihak. Wajah syibeh pada
musyabbah bih diisyaratkan lebih kuat dan lebih jelas daripada musyabbah.
Contoh
syair:
Al-Ma’arri menyatakan tentang seseorang yang dipujanya:
أنت كالشّمس فى الضّياء وإنجا وزت كيوان
فى علوّ المكان
(Engkau
bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya walaupun kau berada di atas planet
Pluto di tempat yang paling tinggi).
Syair
di atas menjelaskan bahwa si penyair tahu orang yang dipujanya memiliki wajah
bercahaya dan menyilaukan mata, lalu ia ingin membuat perumpamaan yang memiliki
sifat paling kuat dalam hal menerangi dan ternyata ia tidak menjumpai suatu hal
pun yang lebih kuat daripada sinar matahari. Maka ia menyempurnakannya dengan
matahari, dan untuk itu ia bubuhi huruf ك (kata
perumpamaan/seperti).
v Pembagian
Tasybih :
Ø Ditinjau dari
ada tidaknya alat tasybih :
1) Tasybih
Mursal adalah tasybih
yang disebut adat tasybihnya. Contoh:
أنا كالماء إنرضيت صفاء وإذاما سخطت كنت
لهيبا
(Bila
aku rela, maka aku setenang air yang jernih; dan bila aku marah, maka aku
sepanas api menyala).
2)
Tasybih Mu’akkad adalah tasybih yang dibuang adat tasybihnya.
Contoh:
انت نجم فى رفعة وضياء تجتليك العيون شرقا
وغربا
(Kedudukanmu
yang tinggi dan kemashyuranmu bagaikan bintang yang tinggi lagi bercahya. Semua
mata, baik di belahan timur maupun barat, menatap ke arahmu).
Ø Ditinjau dari
ada tidaknya wajh syibh :
3)
Tasybih Mujmal adalah tasybih yang dibuang wajah syibehnya.
Contoh:
وكأنّ الشّمس المنيرة دينار جلته حدائد
الضّرّاب
(Matahari
yang bersinar itu sungguh bagaikan dinar {uang logam} yang tampak kuning
cemerlang berkat tempaan besi cetakannya).
4)
Tasybih Mufashshal adalah tasybih yang disebut wajah syibehnya. Contoh:
سرنا فى ليل بهيم كأنّه البحر ظلاما وإرهابا
(Aku
berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan, bagaikan berjalan di
tengah laut).
Ø Dilihat dari segi ada tidaknya adat dan wajh
syibh :
5)
Tasybih Baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih dan wajah
syibehnya.
Contoh:
النّشر مسك والوجوه دنا نير واطراف الأكفّ
عنم
(Baunya
yang semerbak itu bak minyak kesturi, wajah-wajahnya yang berkilauan bak dinar
{uang logam} dan ujung-ujung telapak tangannya merah bak pacar).
Ø Dilihat dari
bentuk wjh syibhnya :
6)
Tasybih Tamtsil adalah tasybih yang wajah syibehnya merupakan gambaran yang
dirangkai dari keadaan beberapa hal / menyeluruh,
7)
Ghairi Tamtsil adalah tasybih yang
wajah syibehnya tidak terdiri dari rangkaian gambaran beberapa hal. Wajah syibehnya
terdiri atas satu hal (mufrad).
Contoh tamtsil :
والماء يفصل بين روض الزّهر فىالشّطّين
فصلا
كبساط وشي جرّدت ايدي القيون عليه نصلا
(Sungai
memisahkan taman bunga itu pada kedua pinggirnya, bagaikan baju sulaman yang
dihamparkan, sedangkan di atasnya tergeletak sebilah pedang yang telah terhunus
dari sarungnya).
Ø Tasybih yang keluar dari kebiasaan:
8)
Tasybih Dhimni adalah tasybih yang kedua tharafnya tidak dirangkai dalam
bentuk tasybih yang telah kita kenal, melainkan keduanya hanya berdampingan
dalam susunan kalimat. Tasybih jenis ini didatangkan untuk menunjukkan bahwa
hukum (makna) yang disandarkan kepada musyabbah itu mungkin adanya.
Contoh :
قد يشيب الفتى و ليس عجيبا ان يرى النّور
فى القضيب الرّطيب
(Kadang-kadang
seorang pemuda beruban dan hal ini tidaklah mengerankan. Bunga pun dapat keluar
pada dahan yang muda dan lembut).
Dalam
syair di atas penyair tidak mengungkapkan tasybih yang jelas karena ia tidak
berkata bahwa seorang pemuda yang telah beruban itu bagaikan dahan muda yang
berbunga melainkan ia menyatakannya secara implisit (tersirat).
9)
Tasybih Maqlub (penyerupaan yang terbalik) adalah menjadikan musyabbah
sebagai musyabbah bih dengan mendakwakan bahwa titik keserupaannya lebih kuat
pada musyabbah.
Contoh :
كأنّ سناها باالعشيّ لصبحها تبسّم عيس حين
يلفظ باالوعد
(Seakan-akan
cahaya awan di sore hari sampai menjelang pagi itu adalah senyuman Isa ketika
mengucapkan janji).
Penyair
menyerupakan cahaya awan yang terus menerus memantul sepanjang malam dengan
senyuman orang yang dipujinya ketika menjanjikan pemberian. Padahal sudah pasti
bahwa pantulan cahaya awan itu lebih kuat daripada pantulan cahaya senyuman.
Dan yang biasa kita dengar adalah senyuman diserupakan dengan pantulan cahaya
awan, sebagaimana kebiasaan para penyair. Akan tetapi penyair menyatakan
tasybih yang sebaliknya.
v Maksud dan tujuan tasybih adalah:
(yang
semuanya kembali kepada musyabbah / terkadang kembali kepada musyabbah bih)
§ Menjelaskan
kemungkinan adanya sesuatu hal pada musyabbah
§ Menjelaskan
keadaan musyabbah
§ Menjelaskan
kadar keadaan musyabbah
§ Menegaskan
keadaan musyabbah
§ Memperindah atau
memperburuk musyabbah
0 komentar:
Posting Komentar