Kamis, 11 Juli 2013

PAHALA 2 QIROTHMU YAA ABUUYA

baqi di mekkah.... @ juli 2013

setelah acara penguburan jamaa'ah umroh...
allaahummaghfirlahum..
















ALHAMDULILLAH BINI'MATI TATIMMUS SHOOLIHAAT...
Tahun ini '2013' abi dan umi mendapat kesempatan untuk mengunjungi rumah ALLAH *tanah suci dengan cara gtatiiiss tiiisss tiiiiisss... masya allah alhamdulillah allahu akbar.. bener2 tak d sangka dan tak terduga.

# semoga tahun depan *terlalu berhayal* atau ntah kapan anka2nya bisa segera menyusul beribadah di tanah suci meskipun Umroh... aamiin yaa mujibassaailiin #

alhamulillah ane dapat oleh2 banyak hehe... dan juga oleh2 kabar gembira bagi juga...
alhamdulillah karna abi bener2 gesit* beliau bisa ikut menyolatkan jenazah di sana dan juga bisa mengantarkan jenazah juga di Baqi.. yang pahalnya 2 qirot... masya allah...
 kami yang denger crita ikut seneng banget...walwpun hany medengar saja.. ;')


Ibnu Umar melewati Abu Hurairah yang sedang menyampaikan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Barangsiapa mengiringi jenazah lalu ia menshalatkannya, maka ia mendapatkan (pahala) satu qirath, dan jika ia menyaksikan penguburannya, maka ia mendapatkan (pahala) dua qirath.”

Satu qirath itu lebih besar daripada Gunung Uhud. Maka Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Wahai Abu Hurairah, perhatikanlah apa yang engkau sampaikan dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu.” Abu Hurairah pun berdiri menghampirinya dan membawanya pergi kepada Aisyahradhiyallahu ‘anha, lalu Abu Hurairah berkata kepadanya, “Wahau Ummul Mukminin, aku memintamu bersumpah demi nama Allah, apakah engkau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengiringi jenazah lalu ia menshalatkannya, maka ia mendapatkan (pahala) satu qirath, dan jika ia menyaksikan penguburannya, maka ia mendapatkan (pahala) dua qirath.” Aisyah menjawab “Ya pernah” kemudian Abu Hurairah berkata, “Sesungguhnya aku dulu tidak disibukkan oleh bercocok tanam dan berdagang di pasar dari menghadiri majelis Nabi. Aku meminta kepada beliau satu kata untuk diajarkan kepadaku dan sesuap makan untuk diberikan kepadaku.” Maka Ibnu Umar berkata, “Wahai Abu Hurairah, engkau adalah orang yang paling banyak menemani Nabi dan paling mengetahui hadits beliau dibanding kami.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/302), at Tirmidzi dalam Jami’-nya (13/226) secara ringkas, dan Al Hakim dalam Mustadrak-nya (3/510-511) Ia berkata “Sanadnya shahih”)
Dari Asy’ats bin Sulaim, dari bapaknya, ia berkata, “Aku datang ke Madinah, ternyata Abu Ayyub sedang menyampaikan hadits dari Abu Hurairah, dari Rasulullah, maka aku katakana kepadanya, “Engkau juga sahabat Rasulullah.” Ia menjawab”Abu Hurairah mendengar langsung dari Rasulullah. Aku meriwayatkan hadits darinya, dari Rasulullah lebih aku sukai daripada aku meriwayatkan (secara langsung) dari Rasulullah. (Al Muatadrak (3/512), dan Siyar A’lam an Nubala (2/606)
***
artikel muslimah.or.id

Rabu, 10 Juli 2013

MUTLAK RAHASIA ALLAH

bismillaahir rohmaanir rohiim.....





 ~ JODOH ITU MUTLAK RAHASIA ALLAH  ~


Ada yang sudah dekat tiba-tiba menjauh.
Ada yang jauh tiba-tiba mendekat.

Ada yang sudah sayang tiba-tiba membenci.
Ada yang belum kenal tiba-tiba menyayangi.

Ada yang sudah direncanakan tanggal nikahnya tiba-tiba berantakan.
Ada yang tidak direncanakan tiba-tiba datang mengajak nikah.

Ada yang sudah dijodohkan tiba-tiba dibatalkan.
Ada yang tidak dikenal sebelumnya tiba-tiba menjadi jodohnya.

Itulah rahasia JODOH..

Hanya Dia yang tahu kapan kita berjodoh.
Hanya Dia yang tahu dengan siapa kita akan berjodoh.
Hanya Dia yang tahu dengan cara apa kita bertemu jodoh.

Tugas kita adalah berusaha dengan cara yang baik.
Tugas kita adalah berusaha dengan menjadi baik.
Tugas kita adalah menerima apapun keputusan terbaik menurut Allah.

Dan satu hal jangan kita abaikan.
Jangan pernah merasa lelah meminta dan terus meminta melalui DOA kepada-Nya.

~  

Bahasa Arab Standar Vs Bahasa Arab Cairow


 

 
   
 
 

:: Untaian Nasehat . . . . . . ::


بسم الله الرحمن الرحيم




Wahai sekalain manusia, aku menasehati kalian bukan berarti aku yang terbaik di anatara kalian. Sungguh, betapa seringnya diriku berbuat dzalim terhadap jiwaku. Aku belum mampu meluruskannya dan mengarahkannya kepada kewajiban dalam ketaatan kepada Rabbnya….

Seandainya seorang mukmin tidak menasehati orang lain kecuali setelah meluruskan jiwana, tentu tidak aka nada orang yang memberikan nasehat. Niscaya sangat langka orang yang mengingatkan, dan tidak ada pula yang berdakwah kepada ALLAH, serta melarang dari setiap tindak kemaksiatan….

(AL-Hasan AL-Bashri rahimahullah,  w 110 H)